Kamis, 22 Desember 2011



Bab III
Mobilitas Sosial

A. Mobilitas Sosial
1. Pengertian
Mobilitas sosial dapat juga diartikan sebagai gerak sosial. Mobilitas sosial adalah gerak perpindahan seseorang ataupun sekelompok warga dari status sosial yang satu ke status sosial yang lain.
Ahli sosiologi mengartikan mobilitas menurut pendapat mereka masing-masing.
a.       Horton dan Hunt mengartikan mobilitas sosial sebagai gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Perpindahan kelas sosial ini dapat diartikan sebagai peningkatan maupun penurunan.
b.      Kimball Young mendefinisikan mobilitas sosial cenderung kepada tujuannya. Menurutnya, tujuan mobilitas sosial adalah memperoleh keterangan tentang kepantasan struktur sosial suatu masyarakat tertentu. Misalnya, mendapatkan status pegawai negeri sipil.
2. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial
Pada dasarnya jenis mobilitas sosial dibedakan menjadi mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal.
a. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal berarti perpindahan kedudukan secara mendatar atau perpindahan dalam lapisan yang sama. Dengan kata lain, perpindahan kedudukan individu atau objek-objek sosial lainnya dari satu kelompok sosial lainnya yang sederajat. Jadi, tidak terjadi perubahan derajat atau kedudukan seseorang dalam mobilitas horizontal ini.
Mobilitas horizontal memiliki dua bentuk yaitu bentuk intragenerasi dan antargenerasi.
1)      Mobilitas sosial horizontal intragenerasi terjadi dalam diri seseorang. Misalnya, seseorang yang berpindah profesi tanpa melihat status sosialnya (walaupun status sosialnya lebih rendah) tetapi akhirnya menjadi lebih sukses. Contoh konkretnya seseorang yang semula bekerja sebagai pengusaha, kemudian beralih menjadi petani.
2)      Mobilitas sosial horizontal antargenerasi, terjadi antara dua generasi atau lebih. Misalnya, ayah dan anak. Contoh konkretnya adalah seorang ayah dahulu sebagai petani sukses. Anaknya, tidak meniru jejak sang ayah, tetapi memilih sebagai seorang polisi.
b. Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal merupakan perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu mobilitas vertikal intragenerasi dan antargenerasi.
1)      Mobilitas sosial vertikal intragenerasi adalah mobilitas vertikal yang terjadi dalam diri seseorang. Misalnya, Rudi adalah seorang polisi mula-mula pangkatnya sersan, kemudian naik menjadi letnan, dan seterusnya. Mobilitas sosial intragenerasi dapat terjadi menaik maupun menurun. Contoh mobilitas sosial intragenerasi menurun adalah seorang polisi yang diturunkan pangkatnya karena kasus pidana.
2)      Mobilitas sosial vertikal antargenerasi adalah mobilitas sosial yang tidak terjadi dalam diri orang tua sendiri, tetapi terjadi dalam dua generasi. Misalnya, ibunya dahulu seorang dokter, sedangkan anaknya hanya seorang yang lulus SMA. Hal itu menunjukkan mobilitas vertical menurun.
Ciri-ciri mobilitas vertikal adalah sebagai berikut.
1)      Mobilitas vertikal terjadi pada masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial terbuka maupun sistem pelapisan sosial tertutup.
2)      Mobilitas vertikal terjadi menurut norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
3)      Kondisi politik dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan mempengaruhi laju mobilitas vertikal.
4)      Saluran-saluran dalam masyarakat merupakan sarana berlangsungnya mobilitas vertikal.
B. Saluran Mobilitas Sosial
1. Angkatan Bersenjata
Angkatan bersenjata berperan dalam masyarakat dengan sistem militerisme. Misalnya, dalam keadaan perang. Suatu negara akan mengharap kemenangan dari suatu peperangan. Jasa seorang prajurit akan dihargai tinggi oleh masyarakat. Karena jasanya pula ia akan meningkat ke kedudukan yang lebih tinggi.
2. Sekolah
Lembaga pendidikan merupakan saluran nyata dalam mobilitas sosial vertikal. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai sosial elevator bergerak dari yang paling rendah ke paling tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan di suatu sekolah hanya dapat menerima siswa dari suatu kelas tertentu. Sekolah-sekolah memikirkan jika dimasuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran mobilitas sosial yang vertikal.
3. Organisasi Politik
Organisasi politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya. Pada masyarakat yang demokratis, lembaga pemilihan umum memegang peranan penting dalam pembentukan kepemimpinan. Organisasi-organisasi politik mempunyai peranan yang sama walaupun dalam bentuk yang lain. Supaya seseorang terpilih sebagai pemimpin, terlebih dahulu harus mampu membuktikan dirinya sebagai orang yang berkepribadian baik dan juga mempunyai wujud aspirasi-aspirasi yang baik.
4. Organisasi Ekonomi
Ekonomi dalam wujud organisasi memegang peranan yang sangat penting sebagai saluran mobilitas sosial vertikal. Misalnya, perusahaan assembling mobil, perusahaan ekspor-impor. Orang kaya selalu menduduki lapisan tinggi dalam ukuran masyarakat. Gejala ini juga dapat dilihat pada masyarakat tradisional. Dalam masyarakat tradisional sering melakukan upacara-upacara adat. Upacara-upacara adat pastilah memerlukan biaya yang tidak sedikit. Orang-orang yang mampu melaksanakan upacara tersebut adalah orangorang yang secara material mampu.
5. Organisasi-Organisasi Keahlian
Organisasi-organisasi keahlian merupakan suatu wadah yang dapat menampung individu-individu dengan masingmasing keahliannya untuk diperkenalkan dalam masyarakat. Contoh organisasi keahlian adalah himpunan sarjana ilmu pengetahuan, persatuan sastrawan, dan organisasi pelukis.
Horton dan Hunt (1987) mencatat ada dua faktor yang memengaruhi tingkat mobilitas pada masyarakat modern, yaitu faktor struktural dan faktor individu.
a. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contoh faktor struktural adalah ketidakseimbangan lapangan pekerjaan dengan jumlah pelamar.
b. Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas tiap-tiap orang ditinjau dari tingkat pendidikan, penampilan, dan keterampilan pribadi. Faktor nasib juga dikategorikan sebagai faktor individu. Kedua faktor di atas bersifat saling melengkapi. Misalnya, suatu daerah membuka banyak lowongan pekerjaan, tetapi penduduknya tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Di sisi lain, dengan struktur sosial yang kaku masih saja ada orang yang bisa menyesuaikan diri.

C. Proses Terjadinya Mobilitas
Proses terjadinya mobilitas sosial disebabkan adanya perubahan sosial. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan sosial adalah tingkat reproduksi, perbedaan tingkat migrasi, perubahan teknologi, perubahan kemampuan, dan perubahan sikap.
1. Tingkat Reproduksi
Hal yang mendorong tumbuhnya mobilitas karena adanya suatu lapisan yang tidak dapat memproduksi sesuai kebutuhannya. Contohnya, tenaga ahli dalam suatu daerah terbatas sehingga tidak dapat menangani semua pekerjaan. Akibatnya, orang-orang yang tidak ahli akan berpindah pekerjaan ke lapisan pekerja ahli tersebut.
2. Perbedaan Tingkat Migrasi
Seirama dengan perkembangan sosial serta ekonomi masyarakat, kondisi politik, keamanan, dan mobilitas penduduk di Indonesia semakin rumit (kompleks). Ragamnya meliputi mobilitas internasional, desa-desa termasuk mobilitas musiman, antarwilayah (antarprovinsi) termasuk transmigrasi, dan akhir-akhir ini pengungsi, seiring dengan bergejolaknya situasi politik dan terganggunya kondisi keamanan pada berbagai tempat di tanah air.
3. Perubahan Teknologi
Kemajuan transportasi di bidang perhubungan telah mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini menunjukkan adanya perubahan teknologi. Dahulu transportasi menggunakan delman dan becak, kini telah berubah dengan taksi/angkutan. Begitu juga dulu seorang kusir kini berubah menjadi sopir Di beberapa daerah juga terjadi alih pekerjaan. Masyarakat yang dulu bekerja sebagai penggarap sawah setelah dibangunnya pabrik-pabrik berubah sebagai buruh pabrik. Akan tetapi, dengan adanya sistem ekonomi masyarakat, kemajuan teknologi tidak berarti secara drastis meningkatkan status sosial seseorang dalam masyarakat.
4. Perubahan Kemampuan
Pendidikan dan keterampilan akan memengaruhi perubahan kemampuan seseorang. Secara otomatis akan berpengaruh terhadap mobilitas sosial. Misalnya, seorang tukang ojek setelah mengikuti kursus stir mobil maka ia mampu menjadi sopir. Selain itu, seseorang yang mulanya hanya bisa berbahasa lokal setelah mengikuti kursus bahasa asing akan mampu menguasai bahasa yang dikehendaki. Dengan begitu ia akan bisa berkomunikasi menggunakan bahasa asing.


5. Perubahan Sikap
Perubahan sikap dapat mendukung dan menghambat terjadinya mobilitas sosial. Contoh sikap yang mendukung mobilitas adalah keinginan untuk maju maupun menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sementara itu, sikap yang menghambat mobilitas antara lain bersikap masa bodoh, tidak peduli dengan lingkungannya, dan pasrah dengan keadaan tanpa mau berusaha.
Akibat dari mobilitas sosial akan membawa dampak tumbuhnya konflik dan penyesuaian pasca konflik.
1. Timbulnya Konflik
Mobilitas sosial merupakan pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Kelompok sosial dalam suatu masyarakat memungkinkan terjadi konflik, seperti konflik antarkelas sosial, kelompok sosial, dan kemungkinan terjadinya penyesuaian. Konflik adalah suatu proses sosial yang terjadi karena orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan hidup dengan jalan menentang pihak lawan disertai ancaman/kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan, antara lain perbedaan pendirian atau perasaan, kebudayaan, kepentingan, dan sosial.
a. Konflik Antarsosial
Perbedaan ciri-ciri fisik dan kebudayaan memicu terjadinya konflik antarsosial. Dalam konflik ini masing-masing saling menjatuhkan.
b. Konflik Kelompok Sosial
Konflik kelompok sosial tergantung pada struktur sosial yang menyangkuttujuan dan nilai-nilai kepentingan. Pertentangan akan bersifat positif jika kelompok sosial tersebut tidak berlawanan
dalam pola-pola struktur sosialnya. Sebaliknya, akan bersifat negatif jika tidak ada toleransi antara kedua pihak. Konflik dalam kelompok sosial membantu menghidupkan norma sosial. Di samping itu, konflik dalam kelompok sosial juga dapat menjadi sarana mencapai keseimbangan dan kekuatan dalam masyarakat.
c. Konflik Antargenerasi
Contoh konflik antargenerasi, antara lain hubungan antara orang tua dengan anak yang tidak sama jenjang pendidikannya. Misalnya, anak yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung akan merasa benar jika berdiskusi dengan orang tuanya. Akibatnya, timbul pertentangan antara ayah dengan anak.


2. Penyesuaian Pasca Konflik
Konflik yang ditimbulkan karena mobilitas sosial mendorong masyarakat untuk menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang ada. Penyesuaian terhadap perubahan akibat mobilitas sosial, antara lain sebagai berikut.
a.       Perlakuan baru masyarakat terhadap kelas sosial dan kelompok sosial atau generasi tertentu.
b.      Penerimaan individu atas kelompok warga akan kedudukannya yang baru.
c.       Pergantian dominasi dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

luangkan waktumu sejenak untuk belajar ,, !! Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2008