II. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan bersifat dinamis, melalui pendidikan kita dapat mempertahankan atau mengembangkan nilai-nilai yang kita kehendaki sesuai dengan usahausaha pengembangan manusia seutuhnya. Melalui pendidikan sebagai suatu sistem kita dapat memiliki tata kehidupan masyarakat yang kita kehendaki seperti yang tertuang dalam ketetapan MPR No IV / MPR / 78 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdaan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Oleh karena itu, pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. Untuk itu, perlu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. Pengembangan iklim belajar dan mengajar tersebut pada akhirnya dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses pendidikan titik beratnya terletak pada pihak anak didik yaitu akan terjadi proses belajar yang merupakan interaksi dengan pengalaman-pengalamannya. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut teori, aspek kognitif dapat dipengaruhi oleh kesiapan belajar siswa. Kondisi siswa yang siap menerima pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajarai materi yang akan diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran dapat berupa buku paket dari sekolah maupun buku diktat lain yang masih relevan digunakan sebagai acuan untuk belajar.
Kondisi siswa yang sehat akan lebih mudah untuk menerima pelajaran dari guru. Dengan adanya kesiapan belajar, siswa akan termotivasi untuk mengoptimalkan hasil belajarnya. Motivasi belajar merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi aspek afektif. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan dan berusaha untuk mengingat atas apa yang telah diajarkan oleh guru, karena semua itu untuk mencapai cita-citanya. Motivasi belajar tidak hanya dipengaruhi faktor intern dari siswa saja tetapi juga dipengaruhi faktor ekstern yaitu dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
Perhatian orang tua terhadap anak akan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Sarana yang ada disekolah mempengaruhi kelancaran kegiatan belajar mengajar dan dapat memotivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi hasil belajarnya karena siswa akan berusaha untuk mencoba mengerjakan soal-soal latihan terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Latihan merupakan faktor psikomotor. Seringnya mengerjakan soal-soal latihan akan memberikan pemahaman bagi siswa, karena menjumpai berbagai macam soal dari yang mudah sampai yang sulit. Untuk mengerjakan soal-soal yang sulit harus membaca dan mempelajari kembali buku catatan atau buku diktat yang digunakan. Dengan kata lain mengadakan pengulangan materi pelajaran yang akan mempengaruhi hasil belajar.
Hasil belajar dipengaruhi oleh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran sesuai dengan pendapat Darsono (2000:26) mengemukakan bahwa prinip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting yang harus ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran. Kalau hal-hal tersebut diabaikan, dapat dipastikan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Prinsip-prinsip belajar meliputi: kesiapan belajar; perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi pelajaran yang menantang; balikan dan penguatan; serta perbedaan individual.
Pengajaran dikatakan berhasil atau tidak secara umum dapat dilihat dari dua segi, yakni kriteria ditinjau dari sudut proses pengajaran itu sendiri dan kriteria yang ditinjau dari sudut hasil atau produk belajar yang dicapai siswa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar yang dicapai siswa, banyak dipengaruhi oleh kemampuan siswa, dan lingkungan belajar terutama kualitas pengajaran.
Berdasarkan survey pendahuluan, yang bersumber dari guru mata pelajaran sosiologi peneliti melihat kecenderungan bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas X SMA Negeri 1 Comal hanya menggunakan media LKS dan tidak semua siswa mempunyai buku diktat sosiologi sebagai acuan untuk di pelajari di rumah. Berkaitan dengan keberhasilan kegiatan belajar mengajar, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Comal dalam mata pelajaran sosiologi. Nilai rata-rata mata pelajaran sosiologi kelas X pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 belum mencapai KKM sebesar 65. Hal ini menunjukkan nilai sosiologi relatif rendah.
Kondisi semacam ini menimbulkan pemikiran dan keprihatinan, khususnya untuk hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi. Penyebab rendahnya hasil belajar dapat dilihat dari berbagai faktor, diantaranya inteligensi, perhatian, minat, bakat, kesiapan, motivasi, pengulangan materi, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Kemungkinan hasil belajar mata pelajaran sosiologi siswa kelas X rendah disebabkan dari kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran. Melihat masalah tersebut, maka penulis mengambil judul “PENGARUH KESIAPAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PENGULANGAN MATERI PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 COMAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 “.
III. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang timbul adalah:
1. Adakah pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran secara simultan dan parsial terhadap hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Seberapa besar pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran secara simultan dan parsial terhadap hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2010/2011?
IV. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran secara simultan dan parsial terhadap hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2010/2011
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran secara simultan dan parsial terhadap hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2010/2011.
V. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu sosiologi, khususnya tentang pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku kuliah serta dapat digunakan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi pada Universitas Negeri Semarang.
b. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan bahan pustaka mengenai pengaruh kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran terhadap hasil belajar mata pelajaran sosiologi. Hasil penelitian juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi guru- guru khususnya guru sosiologi untuk memperhatikan dan memacu kesiapan belajar, motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran pada siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
VI. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang kesiapan dan motivasi belajar sudah banyak dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Arifin(2004) tentang upaya peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran sosiologi. Bahwa peserta didik yang malas itu disebabkan karena tidak adanya insentif yang menarik bagi dirinya. Dan ia pun tidak merasakan perasaan yang menyenangkan dari pembelajaran. Insentif dan perasaan yang menyenangkan menjadi dorongan yang berarti bagi peserta didik. Guru bias member insentif berupa pujian atau kesempatan melakukan pekerjaan lain. Pujian secara psykologis mempunyai nilai bagi siswa, dibandingkan dengan cara menegur ketika siswa tidak mau belajar dengan cara marah-marah dan berkomentar dengan meremehkan siswa. Guru harus mencari bagaimana caranya menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pembelajaran berlangsung. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembeajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa, antara lain: (1) Ciptakan suasana yang menyenangkan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, (2) Kembangkan kemampuan anak secara maksimal melalui pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi seperti berfikr analitis, kritis, dan pemecahan masalah, (3) Ciptakan pembelajaran yang terbuka agar berkembang kemampuan berfikir kreatif anak, (4) Ciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan sesuatu kemampuan belajar berkembang.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh wicaksono (2006) mengenai kreativitas dalam pembelajaran sosiologi yang menarik bagi siswa. Salah satu solusi untuk pembelajaran sosiologi agar lebih menarik dan menyenangkan siswanya adalah praktek lapangan, dimana seorang guru membawa siswanya ke dalam masyarakat untuk melaksanakan suatu penelitian tentang kajian ilu sosiologi. Belajar sosiologi akan menjadi semakin menarik dan menyenangkan serta tidak membosankan apabila siswa diberi kebebasan dan keluasaan dalam melaksanakan penelitian ilmiah ketika mereka berada dalam laboratorium sosiologi yaitu masyarakat. Selain itu juga hal tesebut merupakan salah satu cara sosalisasi kepada masyarakat tentang ilmu sosiologi, sehingga akan memperkuat eksistensi ilmu sosiologi di kancah ilmu pengetahuan.
VII.Landasan Teori
1. Kesiapan Belajar
a. Kesiapan
Menurut Slameto (2003:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk member respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon.
b. Faktor-faktor Kesiapan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan meliputi:
a) Kondisi fisik yang tidak kondusif
Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar.
b) Kondisi psikologis yang kurang baik
Misalnya gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
2) Menurut Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu:
a) Kondisi fisik, mental dan emosional
b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
c) Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Menurut Anni (2004:110) sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Darsono (2000:64-67) mengemukakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa.
2) Kemampuan Belajar
Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir.
3) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis.
4) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya: gairah belajar.
3. Pengulangan Materi Pelajaran
a. Pengertian Pengulangan Materi Pelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:43) mengemukakan teori pengulangan ada 3 yaitu:
1. Teori Psikologi Daya
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya: mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
2. Teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme
Belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan dengan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Seperti kata pepatah latihan menjadi sempurna.
3. Psikologi Conditioning
Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk suatu kebiasaan mengulang-ulang sesuatu perbuatan.
b. Cara-Cara Mengulang (Review)
Menurut Thabrani (1994:115) cara mengulang materi pelajaran sebagai berikut:
1) Dilakukan untuk semua bahan yang akan diujikan
2) Usahakan untuk mengigat ide utamanya. Kesinambungan antara satu topik dengan topik yang lain dalam bab tersebut secara garis besar. Dapat menceritakan kembali apa yang dibahas dalam bab ini secara garis besar dan berurutan.
3) Periksa apakah kesinambungan itu sesuai di ringkasan yang anda buat.
4) Usahakan mengingat hal-hal penting dalam topik tersebut. Misalnya teknik tertentu, istilah khusus, atau dasar hukum suatu kegiatan.
5) Dalam mengingat kesinambungan anda masih menemui kesulitan, baca kembali paragraph yang bersangkutan.
6) Usahakan untuk memperkirakan pertayaan apa yang akan keluar dari bab ini.
7) Jika anda menghadapi ujian tengah semester dan masih ada pertanyaan yang tidak bisa anda jawab, bahaslah ini.
8) Berdiskusi dengan kawan yang mengambil mata pelajaran yang sama akan sangat membantu.
4. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Menurut Anni (2004:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan apek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.
Menurut Darsono (2000:112) mengukur hasil belajar termasuk dalam pengukuran psikologis. Dalam pengukuran psikologis ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip tersebut antara lain:
1) Pengukuran psikologis bersifat tidak langsung (indirect) berarti untuk mengukur gejala hasil belajar perlu diungkap dahulu dengan alat yang disebut tes.
2) Hasil pengukuran psikologis dipengaruhi oleh jenis instrumennya (tesnya). Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil ukur yang obyektif diperlukan alat yang valid dan reliabel.
3) Hasil pengukuran psikologis diwarnai oleh kondisi orang yang diukur.
Hal ini mengandung konsekuensi bahwa pengukuran hasil belajar itu perlu dilakukan dengan cermat, khususnya pada saat pengukuran hasil belajar berlangsung.
b. Macam-macam tes sebagai hasil belajar
Menurut Webster’s Collegiate yang dikutip dalam bukunya Arikunto (2001:32-39) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes ada 3 macam yaitu:
1) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahankelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Yang termasuk dalam tes diagnostik adalah tes penempatan/penjurusan IPA. IPS dan Bahasa pada kelas III.
2) Tes Formatif
Tes formatif untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Yang termasuk dalam tes formatif adalah ulangan harian, mid semester.
3) Tes Sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Tujuannya untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para siswa. Yang termasuk dalam tes sumatif adalah ulangan umum pada akhir semester.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainankelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
2) Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
b. Faktor Ekstern
1. Faktor Keluarga
a) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya.
b) Relasi Antar anggota Keluarga
Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c) Suasana Rumah
Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
e) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
f) Latar Belakang Kebudayaan
Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
c) Relasi Guru dengan Siswa
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya.
d) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya akan mengganggu belajarnya.
e) Disiplin Sekolah
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar.
f) Alat Pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempelancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
g) Waktu Sekolah
Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
i) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik merek masing-masing menuntut keadan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.
j) Metode Belajar
Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya.
b) Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
c) Teman Bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga jangan lengah)
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
6. Mata Pelajaran Sosiologi
Secara etimologis, sosiologi berasal dari bahasa latin “socious” (teman) dan “logos” (ilmu). Sehingga sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara teman dengan teman, yaitu hubungan antara seorang dengan seorang, seorang dengan golongan. Secara universal, sosologi juga disebut sebagai ilmu kemasyarakatan. Karena lebih memusatkan perhatiannya pada hubungan antara manusia itu sendiri. Bahkan sosiologi termasuk ilmu yang masih muda usianya karena baru muncul sekitar abad 19, yang dipopulerkan oleh filosof Perancis AUGUSTE COMTE (1798-1857).
Berkat jasanya, Auguste Comte disebut sebagai “bapak soiologi” karena ia yang pertama kali memakai istilah ilmu Sosiologi dan berdiri sejak pertengahan abad 19 dalam bukunya “Course de Philosophie positive” Auguste comte mengemukakan pandangannya mengenai hukum tiga jenjang. Dimana sejarah manusia akan melewati tiga tahap yaitu:
1. Jenjang teologi yaitu tahap dimana manusia mencoba menjelaskan gejala disekitarnya dengan mengacu kepada hal-hal yang bersifat ke Tuhanan.
2. Jenjang metafisika yaitu tahap dimana manusia mengacu pada kekuatan-kekuatan yang abstrak.
3. Jenjang positip yaitu tahap dimana semua penjelasan gejala alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah.
VIII. KERANGKA BERFIKIR
Dengan adanya kesiapan belajar terhadap suatu obyek atau aktivitas maka akan mendorong seseorang lebih mencurahkan perhatiannya pada obyek terebut. Dalam proses belajar kesiapan menyebabkan seseorang belajar secara aktif, sungguh-sungguh dan penuh gairah. Belajar yang penuh kesiapan akan menumbuhkan hasil yang memuaskan, tetapi sebaliknya belajar tanpa kesiapan memungkinkan hasil yang dicapai kurang memuaskan.
Motivasi merupakan daya pendorong dalam melakukan berbagai aktivitas. Dalam proses belajar mengajar, motivasi yang timbul dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar sangat penting, yaitu dalam usaha untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam belajar, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting, bahwa semakin tinggi tingkat motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai, sebaliknya rendah tingkat motivasi belajar siswa, maka semakin rendah pula hasil belajar yang dicapai.
Dalam belajar, pengulangan materi pelajaran mempunyai peranan yang sangat penting, sebab dengan adanya pengulangan materi pelajaran siswa akan berusaha akan membuka, membaca dan memahaminya atas materi yang telah diberikan oleh guru pada waktu di sekolah. Selain itu, dengan adanya pengulangan materi pelajaran maka guru akan mengetahui tentang penguasaan materi pelajaran yang telah disampaikan kepada siswa. Jadi seorang siswa yang sering melakukan pengulangan materi pelajaran baik di rumah maupun di sekolah akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, dan sebaliknya apabila siswa yang tidak pernah melakukan pengulangan materi pelajaran hasil belajarnya juga rendah.
|
Kerangka berfikir
3 komentar:
dalam tampilan artikel tersebut hanya menampilkan judul saja, meskipun sudah ada red more, akan tetapi sebaiknya di tampilkan sebagian isi artikelnya.
daalam artikel sudah terdapat judulnya, sebaiknya di edit kembali agaar tampilan judulnya cup satu saja , ,
sudah bagus, tapi alangkah baiknya dikasih referensinya
Posting Komentar